Keberhasilan Selfing dan Crossing Tanaman Anggrek Dendrobium sp.

Penulis : Mahasiswa Agroteknologi mata kuliah Kultur Jaringan A 2021/2022 Universitas Bangka Belitung

Tanaman anggrek merupakan tanaman yang digolongkan kedalam famili Orchidaceae, tanaman anggrek merupakan tumbuhan berbunga terbesar yang menempati 7-10 % dari jenis tumbuhan berbunga yang pernah ada (Shidiqy et al. 2019). Jenis Anggrek di Indonesia ada sekitar 3.000, sedangkan untuk genus anggrek dendrobium diperkirakan terdapat sekitar 275 spesies dan dapat menjadi potensi tanaman hias dengan prospek dan nilai ekonomis yang sangat tinggi untung di kembang kan (Lestari et al. 2023). Dendrobium sp. ialah salah satu dari genus anggrek di Indonesia yang menarik untuk dikembangkan melalui persilangan, baik selfing ataupun crossing. Di indonesia sendiri produksi tanaman anggrek masih tergolong rendah, hal tersebut disebabkan beberapa hal, antara  lain  disebabkan  kurang  tersedianya  bibit  bermutu,  budidaya  yang kurang efisien serta penanganan pasca panen yang kurang baik. Untuk memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat maka diperlukan ketersediaan bibit dalam jumlah banyak.

Tanaman Anggrek dapat dikembangbiakkan secara vegetatif dan generatif. Secara vegetatif tanaman anggrek dikembangbiakkan dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman seperti stek keiki, stek mata tunas, dan stek batang sympodial. Cara perbanyakan generatif dilakukan dengan menggunakan biji yang secara genetis akan menghasilkan tanaman yang beragam namun akan dihasilkan tanaman dalam jumlah yang banyak. Biji pada tanaman anggrek diperoleh melalui proses penyerbukan (pollinasi) yang diikuti dengan pembuahan. Persilangan pada tanaman anggrek dapat terjadi secara alamiah dengan bantuan serangga, akan tetapi hal tersebut memiliki tingkat keberhasilan yang sangat rendah dan pada jenis anggrek tertentu saja, hal itu dikarenakan letak stigma yang berada tepat dibawah rosteum, sehingga pollen kesulitan untuk mencapai stigma untuk terjadinya penyerbukan (Hartati dan Darsana 2015).  Persilangan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi dapat dilakukan dengan bantuan manusia, karena perlakuan dan lingkungan yang diperhatikan dengan baik. Persilangan selfing merupakan persilangan antar Bunga atau bunga yang sama pada satu tangkai yang sama, sedangkan crossing ialah persilangan antar spesies yang berbeda dengan genus yang sama, pada penelitian kali ini yaitu dengan genus dendrobium yang sama (Lestari dan deswiniyanti 2017).

Macam macam tempat tumbuh anggrek

Ada 4 macam tempat pertumbuhan tanaman anggrek, yaitu sebagai berikut:

1. Anggrek Terestrial

Anggrek tersetial merupakan anggrek yang hidup di atas tanah. Jenis terestrial cocok untuk dibudidayakan di atas tanah yang kering atau tanah yang sedikit basah. Anggrek jenis ini sangat membutuhkan Sinar matahari dalam pertumbuhannya Contoh anggrek yang tumbuh di atas tanah adalah jenis Phaius Sp.

2.Anggrek Epifit

Berbeda dengan anggrek terestial yang hidup di atas tanah, anggrek epifit hidup dengan cara menumpang pada tumbuhan lain atau pada pohon. Namun, tumbuhan yang ditumpanginya itu tidak dirugikan karena tidak mengambil sari makanan dari inangnya. Anggrek epifit tidak membutuhkan sinar matahari. Sumber makanan bagi epifit berasal dari udara, air hujan, dan kabut yang ada di sekitarnya . Contoh Anggrek Vanda (Vanda Sp), Cattleya Sp, Dendrobium Sp, dan lain-lain.

3.Anggrek Litofit

Anggrek ini banyak tumbuh di bebatuan, anggrek jenis ini menyukai pancaran sinar matahari walaupun tidak terlalu membutuhkannya. Hal ini dikarenakan sumber makanannya berasal dari hujan, udara, atau humus. Tanaman anggrek yang termasuk litofit adalah Paphiopedilum Sp.

4.Anggrek Saprofit

Anggrek saprofit tumbuh pada media yang mengandung humus atau pada media yang memiliki dedaunan kering. Jenis ini hanya membutuhkan sedikit sinar matahari untuk tumbuh, dikarenakan anggrek saprofit tidak memiliki daun dan klorofil. Salah satu jenis anggrek yang termasuk jenis saprofit yaitu Goodyera Sp.

Persilangan / selfing dan scrossing tanaman anggrek

Persilangan atau Hibridisasi sendiri merupakan metode dalam menghasilkan  kultivar tanaman baru yaitu dengan cara menyilangkan dua atau lebih tanaman yang memiliki konstitusi genetik berbeda  dengan tujuan  untuk menggabungkan karekter – karakter baik  dalam  satu  tanaman,  memperluas  variabilitas  genetik  tanaman melalui rekombinasi gen, dan untuk mendapatkan hibrid vigor. Pemilihan tetua  atau  kombinasi  hibrid merupakan hal yang sangat penting dalam pemuliaan tanaman dan hal tersebut sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan program pemuliaan.

Tanaman anggrek pada dasarnya dibagi menjadi 2, anggrek spesies dan anggrek hibrida, anggrek spesies atau alam merupakan anggrek alami yang hidup di habitat asli dan belum mengalami persilangan, habitat asli dari anggrek sendiri yaitu hutan dengan intensitas cahaya dan kelembaban yang cukup. Sedangkan anggrek hibrida adalah anggrek yang sudah mengalami persilangan, hasil dari anggrek hibrida memiliki keanekaragaman yang tinggi dan memiliki peluang besar untuk di produksi secara masal (Agustina dan Widowati 2019).

Bahan yang digunakan pada hibridisasi anggrek adalah  tanaman  anggrek  yang  telah  berbunga  dengan umur  yang  bervariasi.  Namun  pada  umumnya  tanaman  yang  digunakan  dalam persilangan  sebelumnya telah  beberapa  kali  berbunga. Jenis  anggrek yang akan digunakan  adalah anggrek dendrobium sp. Yang mana Anggrek Dendrobium sp. mampu memenuhi tuntutan konsumen bunga yang seleranya selalu berubah dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dilihat dari jenis anggrek yang ada di pasar yang memiliki bentuk dan warna bunga yang bervariasi, serta hadirnya varietas-varietas baru dengan penampilan yang makin cantik dan menarik (Bakar et al. 2016).

Perbanyakan tanaman anggrek dengan teknik persilangan selfing dan crossing merupakan proses penyediaan plasma nuftah agar tetap terjaga. Persilangan tanaman anggrek dengan teknik ini juga diharapkan dapat menambah keragaman karakteristik tanaman anggrek, menambah varietas yang ada, serta menghasilkan tanaman dengan sifat yang lebih baik yang diturnkan dari kedua indukan yang dipilih sebagai indukan persilangan (Jayanti 2021). Output dari keberhasilan persilangan tanaman anggrek dengan teknik selfing dan crossing ialah diperoleh buah anggrek yang didalamnya terdapat ribuan biji untuk bahan perbanyakan tanaman anggrek, Oleh karena itu, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan persilangan tanaman anggrek dendrobium sp. Dengan teknik selfing dan crossing

Tabel diatas merupakan tabel jenis jenis anggrek dendrobium sp. yang akan dilakukan selfing atau persilangan dengan bunga yang sama pada satu tangkai yang sama.

Tabel diatas merupakan tabel jenis-jenis anggrek dendrobium sp. yang akan dilakukan crossing atau persilangan antar spesies yang berbeda dengan genus yang sama.

Dalam melakukan persilangan pada anggrek ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Menurut Damayanti (2006), tahapan dalam persilangan tanaman anggrek adalah:

a. Persiapan alat

Alat yang digunakan adalah tusuk gigi atau batang korek api, label, spidol untuk pelabelan, dan benang. 

b. Pemilihan dan persiapan tanaman induk persilangan 

Kriteria bunga yang akan dijadikan tetua dalam kegiatan persilangan ini yaitu tetua yang memiliki keunikan masing masing, sehingga di harapkan dapat mewariskan keunikan masing masing dan mendapatkan keunikan baru pada keturunannya.

c. Pemilihan bunga yang akan disilangkan 

Dalam memilih bunga yang  akan disilangkan harus diperhatikan  :  (i) dari  satu tangkai bunga maksimal tiga bunga yang disilangkan agar energi hanya terfokus pada  ketiga  bunga  tersebut;  (ii)  kuntum  bunga  terbaik adalah  kuntum  kedua sampai keempat. 

d. Persilangan 

Kuntum induk jantan anggrek diambil tepung sarinya dengan menggunakan tusuk gigi yang bersih dan sudah dibasahi agar tepung sari dapat menempel. Tepung sari yang terbungkus kotak sari terletak di pusat bunga, berwarna kuning. Kotak sari dicungkil pelan sampai tepung sarinya menempel pada alat yang dipakai, kemudian tepung sari dibawa ke induk betina, yaitu menuju lekukan berlendir yang letaknya persis di bawah kotak sari. Tepung sari induk jantan dilekatkan secara sempurna pada putik induk betina, sementara itu tepung sari induk betina dibuang agar persilangannya murni. Sampai langkah ini perkawinan sudah berlangsung.

e. Pemberian label persilangan

Tanaman diberi label tetua betina x tetua jantan, tanggal penyilangan, dan kode penyilang.

f. Pengamatan hasil persilangan

Hal hal yang perlu untuk diamati yaitu keberhasilan dari persilangan tanaman anggrek yang ditandai dengan layu nya bunga anggrek dan terjadi pembesaran pada panggkal bunga, yang merupakan bakal buah yang berisi ratusan biji anggrek yang dapat dijadi kan bahan perbanyakan.

Gambar 1. Proses persilangan tanaman anggrek dendrobium sp., Gambar 2. Tanaman anggrek dendrobium sp. yang sudah di beri label

Pengamatan hasil persilangan ini dilakukan selama 4 minggu, dengan Frekuensi pengamatan dilakukan 1 kali dalam 2 minggu sejak persilangan dilakukan.Ciri ciri bunga yang berhasil  yaitu bunga akan layu  dan terjadi pembesaran pada panggkal bunga, yang merupakan bakal buah yang berisi biji anggrek.

Tabel 3. menunjukkan bahwa dari 13 percobaan selfing, 6 percobaan berhasil dan menghasilkan presentase keberhasilan 46,15%. Selfing pada tanaman anggrek Dendrobium Sp. Memilliki Tingkat keberhasilan yang relative tinggi. Mesikipun demikian, terdapat beberapa percobaan yang gagal seperti persilangan pada nomor 1, 5, 6, 7, 8, dan 9.

Tabel 4. menggambarkan presentase keberhasilan persilangan, darri 9 percobaan hanya 4 yang berhasil melakukan persilangan dengan presentase keberhasilan sebesar 44,44%. Tingkat keberhasilan crossing sedikit lebih rendah dibandingkan dengan selfing.

Tanaman anggrek, khususnya genus Dendrobium, memiliki potensi besar dalam industri tanaman hias dan budidaya komersial, untuk memperoleh varietas yang berkualitas dan beragam diperlukan Teknik persilangan seperti selfing dan crossing. Teknik selfing menggunakan bunga dari tanaman yang sama untuk disilangkan. Teknik crossing melibatkan persilangan antara spesies yang berbeda dari genus yang sama (Dewanti et al., 2021). Teknik persilangan selfing dan crossing adalah metode persilangan dengan menghasilkan tanaman sesuai dengan karakteristik yang diinginkan.

Hasil dari kegiatan persilangan ini menunjukkan keberhasilan selfing lebih tinggi (46,15%) dibandingkan dengan crossing (44,44%). Beberapa faktor dapat mempengaruhi keberhasilan persilangan, menurut Lestari & Deswiniyanti (2017), salah satu alasan gagalnya persilangan tanaman adalah karena bunga rontok sebelum atau sesudah proses fertilisasi. Hasil penelitian yang dilakukan Jayanti (2021) dengan metode persilangan selfing dan respirok menunjukkan peresentase keberhasilan 83% untuk selfing dan 66% untuk  Respirok. Faktor-faktor lingkungan seperti kecepatan angin, curah hujan dan kondisi nutrisi tanaman dapat mempengaruhi jumlah bunga yang rontok. Kegagalan pada persilangan selfing dapat disebabkan oleh faktor genetik dan fisiologis yang dapat mengakibatkan ketidak cocokan antara putik dan sebuk sari, hal tersebut dapat menghambat pembuahan gamet betina dan gamet Jantan pada tanaman yang sama atau yang berkerabat dekat (Suza & Lamkey, 2023).

Persilangan crossing memiliki presentase 44,44%, keberhasilan pembuahan pada anggrek banyak dipengaruhi oleh masa resptivitas stigma dan fertilisasi dari polinaria. Menurut Lestari & Deswiniyanti (2017) terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi Tingkat keberhasilan persilangan seperti kondisi pollen yang digunakan dan Tingkat kompabilitas. Kompabilitas persilangan merupakan kemampuan dalam membentuk buah. Persilangan yang menghasilkan buah disebut kompatibel. Sifat kompatibel terjadi karena terdapat kecocokan antara putik dan benang sari sehingga buah dapat terbentuk (Welsiliana et al., 2023).

Hasil kegiatan persilangan dengan metode selfing dan crossing diatas menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan selfing (persilangan dengan menggunakan bunga dari tanaman yang sama) dan crossing (persilangan antara spesies yang berbeda dari genus yang sama) memiliki tingkat keberhasilan yang hampir sama, namun selfing lebih sedikit unggul, hal itu mungkin dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti kecepatan angin, curah hujan, dan kondisi nutrisi tanaman. Selain itu, faktor genetik dan fisiologis juga dapat mempengaruhi keberhasilan persilangan. Sedangkan untuk kegagalan persilangan selfing dapat disebabkan oleh ketidakcocokan antara putik dan sebuk sari, yang menghambat pembuahan gamet betina dan jantan pada tanaman yang sama atau yang berkerabat dekat, teknik dalam melakukan persilangan yang kurang baik juga dapat menyebabkan persilangan menjadi gagal.

Leave A Reply

Your email address will not be published.