Pj Gubernur Sebut Peningkatan Produksi Pangan di Babel Butuh Dukungan Semua Pihak

PANGKALPINANG – Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Safrizal ZA, menilai peningkatan produksi pangan butuh dukungan semua pihak, tak terkecuali dari para pelaku usaha.

Ia mencontohkan dengan telah diterbitkannya Peraturan Gubernur (Pergub) No. 43 Tahun 2019 tentang Integrasi Usaha Sapi-Sawit pada Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Kepulauan Bangka Belitung, di mana dalam aturan tersebut mengharuskan para pengusaha sawit menyediakan minimal 1 ekor sapi per 10 hektar lahannya. Namun kenyataannya, hingga kini implementasi aturan tersebut belum berjalan maksimal.

“Nah, kepada para pengusaha sawit, saya ingatkan untuk taati pergub ini. Nanti saya bersama Kapolda, Danrem, Kajati akan mengecek langsung ke lokasi apakah sudah ditindaklanjuti. Jika belum, nanti saya akan buat surat teguran hingga sanksi evaluasi kelas kebun,,” ujarnya pada Rapat Koordinasi Antisipasi Darurat Pangan di Provinsi Kepulauan Babel, di Ruang Pasir Padi Kantor Gubernur, Pangkalpinang, Selasa (21/5/2024).

Langkah seperti itu perlu dilakukan, karena dijelaskannya dari kebutuhan 12 pangan pokok di Babel selama tahun 2024, jika dibandingan total kebutuhan dengan perkiraan produksi, maka hanya 3 komoditi yang mengalami surplus produksi, yakni jagung, cabai besar, dan daging ayam ras.

“Sisanya kita harus impor dari daerah lain, termasuk daging sapi yang saat ini hanya mampu mencukupi 28,68% dari kebutuhan. Maka, peran dari pengusaha sawit pada program integrasi sapi-sawit ini sangat dibutuhkan,” ujarnya.

Sementara, untuk menggenjot produksi beras, dirinya terus mendorong optimalisasi lahan guna memperluas areal tanam padi, serta menyediakan infrastruktur pertanian memadai, hingga menggunakan bibit bermutu untuk mendukung ketahanan pangan di daerah itu.

Lebih lanjut, pihaknya pun terus menggencarkan program Semarak Babel (Semangat Menanam Rakyat Bangka Belitung). Saat ini program tersebut tengah difokuskan untuk meningkatkan produksi cabai dan bawang.

Tak hanya itu, subsektor holtikultura juga tak luput dari perhatiannya. Sebagai upaya mendorong terciptanya kemandirian dan ketahanan pangan, ia mendorong para petani untuk budidaya pisang cavendish.

“Offtakernya sudah ada. Tinggal bagaimana kita merubah mindset masyarakat dari sektor tambang ke agraria,” terangnya.

Berbagai langkah tersebut mendapat atensi dari Deputi Bidang Kerawanan Pangan Dan Gizi, Badan Pangan Nasional Nyoto Suwignyo. Ia menilai konsep kemandirian pangan yang disampaikan orang nomor satu di Babel tersebut sudah baik, tinggal bagaimana keterlibatan seluruh pihak untuk menyukseskannya.

“Risiko kedaruratan pangan di Babel bisa terjadi karena belum mampu memenuhi kebutuhan di daerahnya. Dengan langkah dan kebijakan yang diambil, kami harapkan terdapat progress yang meyakinkan,” ujarnya. (*)

Leave A Reply

Your email address will not be published.