TANJUNGPANDAN – Moda transportasi laut merupakan salah satu penyebab inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Kep. Babel). Hal ini dikarenakan pengiriman sembako, sayur-mayur, dan kebutuhan lainnya memang masih bergantung pada transportasi laut, ketimbang moda transportasi udara.
Untuk itu, seperti yang sudah dilakukannya di Pulau Bangka, saat melakukan kunjungan kerja ke Pulau Belitung, Penjabat (Pj) Gubernur Kep. Babel Safrizal ZA juga melakukan peninjauan secara langsung untuk mengetahui penyebabnya. Ia meninjau dua pelabuhan yang ada di Kabupaten Belitung, yakni Pelabuhan Tanjungpandan dan Pelabuhan Tanjung Ru, pada Rabu (20/12/23) siang.
“Setelah memonitoring kestabilan harga dan persediaan stok bahan pokok, saya sengaja untuk melakukan pengecekan pelabuhan-pelabuhan yang ada di Belitung. Karena kita ini merupakan daerah kepulauan, maka kebutuhan pokok tentunya sangat bergantung pada transportasi laut,” ujarnya.
Setelah kunjungan, kata alumnus IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri), sekaligus Chairman ASEAN Smart City Network (ASCN) tersebut, diketahui adanya pendangkalan di bibir pelabuhan, sehingga bisa menyebabkan waktu untuk kapal bersandar lebih pendek. Hal ini menjadi salah satu penghambat distribusi barang ke seluruh Pulau Belitung, sehingga berimbas pula pada kenaikan harga.
Kendala tersebut langsung dikonfirmasi General Manager Regional 2 Tanjungpandan PT Pelni. Sebagai langkah penindakan, perlu dilakukan pengerukan. Mendengar hal itu, Safrizal langsung meminta Pelni untuk bergerak cepat menindakanlanjuti persoalan tersebut untuk menghindari pemicu naiknya inflasi Kep. Babel, lantaran keberangkatan kapal penumpang hanya terjadwal dua kali dalam satu minggu.
“Transportasi itu harus lancar, biar moda transportasi laut kita nggak menjadi penyebab inflasi. Nanti mohon segera kirimkan surat terkait progres penyusunan amdal untuk pengerukan di pelabuhan,” ujarnya.
Usai meninjau Pelabuhan Tanjungpandan, Pj. Gubernur Safrizal yang juga sebagai Dirjen Bina Adwil Kemendagri, kemudian bertolak ke Pelabuhan Tanjung Ru. Didampingi langsung oleh Kepala KSOP Kelas IV Tanjungpandan Gitono, dirinya melihat kondisi Pelabuhan Tanjung Ru.
“Pelabuhan Tanjung Ru ini sangat berpotensi untuk menjadi pelabuhan yang besar dan produktif. Apalagi ini sudah ada movable bridge (MB), serta kedalaman airnya yang juga mencapai 75 meter. Nanti tinggal kita rapatkan bersama kembali, terkait perbaikan, perluasan, dan pemeliharaannya,” tutupnya. (*)