Oleh : Titi Nurhasanah, Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Mahasiswa KKN MAs 2023 berkolaborasi dengan pihak UMKM Desa Air Menduyung Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat melakukan kegiatan bersama dalam rangka menggiatkan perekonomian agar dapat meningkatkan produktivitas dan nilai tambah bagi warga setempat.
Pohon rumbia merupakan sumber daya alam yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia, banyak manfaat yang didapatkan dari pohon ini, diantaranya yaitu mengolah batang rumbia menjadi sagu.
Dari sisi ekonomi, pohon rumbia juga dapat menghasilkan pendapatan khususnya bagi masyarakat Desa Air Menduyung melalui berbagai pemanfaatan pohonnya, mulai dari daunnya untuk atap, batangnya untuk di jadikan sagu, dan buahnya untuk obat maag.
Tanaman sagu sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif bagi masyarakat Indonesia selain padi, pasalnya, sagu menghasilkan pati kering sebagai bahan pangan sumber karbohidrat.
Sagu dianggap sebagai komoditas bernilai ekonomi dalam skala global. Pertanian berkelanjutan, tanaman yang tidak biasa, tanaman yang tahan terhadap tekanan iklim, dan tanaman yang memiliki nilai sosial semuanya berkontribusi terhadap stabilitas sistem agroforestri.
Sagu adalah tepung atau olahan yang diperoleh dari pemrosesan batang rumbia atau pohon sagu. Tepung sagu memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan tepung tapioka. Sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat di indonesia sebelum beras mulai di kenal masyarakat seperti sekarang ini. Sagu dimakan dalam bentuk papeda, semacam bubur, atau dalam olahan lain. Sagu sendiri dijual sebagai tepung curah maupun yang dipadatkan dan dikemas dengan daun pisang.
Adapun UMKM di Desa Air Menduyung Dusun Peraceh dalam pemanfaatannya, sagu menjadi bahan baku untuk kue sagu atau yang biasa disebut kue rintak.
Pembuatan tepung sagu dari batang rumbia di Dusun Peraceh Desa Air Menduyung pada umumnya dilakukan dengan cara mencari pohon rumbia pilihan yakni pohon yang cukup baik. Dengan mencari dan memilih pohon yang tepat maka hasil yang diharapkan oleh masyarakat akan mendapatkan sari pati yang cukup banyak dengan kualitas yang baik. Setelah memilih pohon rumbia yang terbaik, masyarakat Dusun Peraceh menggunakan batang untuk diambil sarinya, kemudian di olah menjadi kue rintak dan di pasarkan ke masyarakat luas.
Sebenarnya potensi sagu belum optimal pemanfaatannya, baik dari segi pengolahan ataupun pemasarannya, hal ini ditandai dengan banyak tanaman sagu yang rusak, dan juga semakin punahnya makanan khas dari pohon rumbia yaitu kue rintak. Kenyataannya pemanfaatan sagu oleh masyarakat terbilang masih rendah.
Maka dari itu Tim KKN MAs dibawah bimbingan DPL Rajab Vebrian, M.Pd., melakukan revitalisasi ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan pohon rumbia (Metroxylon sagu) sebagai bahan baku pembuatan kue sagu dengan menggunakan aplikasi Market place
Kegiatan ini dilakukan untuk menggiatkan ekonomi agar dapat meningkatkan produktivitas dan nilai tambah melalui digitalisasi marketplace dalam penjualan produk sagu rumbia. Digitalisasi merupakan salah satu solusi dari permasalahan yang dihadapi pelaku UMKM saat ini, yakni marketplace yang memiliki peran yang sangat mumpuni memberikan dukungan terhadap konsumen dan produsen.
Hal inilah yang membuat kehidupan belanja online di Indonesia mampu berkembang pesat dan sangat membantu pelaku usaha dalam memperluas jaringan pasar bagi produk mereka, apalagi saat ini marketplace dapat diakses dengan mudah melalui aplikasi perangkat seluler, sehingga membuat mobilitasnya semakin cepat.