PANGKALPINANG – Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Suganda Pandapotan Pasaribu menerima kunjungan dari Badan Pengelolaan, Pengembangan, dan Pemasaran Lada (BP3L) di Rumah Dinas Gubernur, Kamis (22/6/23).
“Kunjungan kita hari ini kepada Pak Pj Gubernur terkait masalah tata niaga lada dan juga menyemangati kembali petani lada kita untuk bertanam lada,” ungkap Ketua BP3L Babel, Rafki Hariska.
Menurutnya, banyak petani lada Babel saat ini sudah beralih profesi menjadi petani sawit ataupun penambang dikarenakan harga lada yang kurang begitu bagus.
Dalam penjelasannya, selain berkoordinasi dengan Pj Gubernur Suganda, pihak BP3L sendiri juga berkoordinasi langsung dengan pihak Kementrian Perdagangan RI termasuk IPC (International Pepper Community) yang menjadi pintu bagi para pembeli di luar negeri sebagai patokan dalam membeli lada asal Babel.
Menanggapi hal ini, Pj Gubernur Suganda segera mengajak tim BP3L untuk menentukan waktu agar tim BP3L, berbagai stakeholder serta para pelaku usaha lada dapat berkumpul untuk membahas terkait perihal tata niaga lada.
“Kita padu padankan mana yang lebih menguntungkan untuk semua, petani kita lancar, yang membantu itu juga bisa hidup dari dalam itu semua,” ungkap Pj Gubernur Suganda.
Menurutnya, untuk mencapai tujuan ini, setiap pihak wajib berkumpul serta berdiskusi bersama, menurunkan ego dalam mengedepankan kepentingan masing-masing.
“Kita kalau sudah berwenang, tapi masyarakat bingung. Untuk apa kewenangan kalian itu kalau gak ada manfaatnya buat kami?,” tutur Pj Gubenur Suganda.
Menurutnya berbagai kewenangan tujuannya cuma satu untuk kepentingan masyarakat. “Nah kalau untuk masyarakat kenapa kita gak bareng-bareng untuk masyarakat tinggal carikan formulasinya seperti apa,” tegasnya.
Pj Gubernur Suganda berpendapat, setiap pihak merupakan individu yang pintar. Menurutnya, jika konsep tiap orang dipadukan dengan duduk bersama, maka diharapkan nantinya akan muncul satu konsep yang lebih pintar dari semua.
Ketua BP3L sendiri berharap pertemuan ini dapat membuat Bangka Belitung menjadi penentu harga lada di Indonesia. “Kalau di negara lain Malaysia, India, Brazil mereka sudah punya. Indonesia belum, padahal kita (Babel) sebagai pemilik lada terbaik di dunia,” ujarnya.
Selain perwakilan dari BP3L Babel, audiensi ini juga turut dihadiri oleh perwakilan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. (*)